by www.besttheme.net

Panser anoa 6 x 6 made in INDONESIA

PT. PINDAD SERAHKAN 33 UNIT PANSER APS-2 6X6 KE KEMENTERIAN PERTAHANAN

PT. Pindad serahkan 33 unit Panser APS-2 6x6 ke Kementerian Pertahanan pada tanggal 13 Januari 2010 yang lalu. Acara penyerahan yang berlangsung di PT. Pindad Jl. Jend. Gatot Subroto Bandung ini merupakan penyerahan tahap ke – 3. Hadir dalam acara ini, Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Menristek Suharna Surapranata serta Dirjen Sarana Pertahanan-Kementerian Pertahanan Eris Herryanto.


Dengan diserahkannya 33 unit Panser, maka jumlah keseluruhan Panser yang sudah diserahkan ke Kementerian Pertahanan adalah 93 unit dari 150 unit Panser APS-2 6x6 dan 4 unit jenis intai pesanan Kementerian Pertahanan, sedangkan sisa 61 unit dengan nilai kontrak sebesar Rp. 473 miliar rencananya akan diselesaikan tahun 2010. Dari 33 unit Panser yang diserahkan, 13 unit akan digunakan pasukan TNI untuk misi perdamaian di Lebanon.

Dalam sambutannya Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro menegaskan, pemerintah tetap mendukung dan berkomitmen secara total dalam membangkitkan industri pertahanan dalam negeri sehingga akan merefleksikan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan pertahanan negara yang kuat. Tahun 2010 adalah tahun kebangkitan untuk industri pertahanan menuju kemandirian alutsista dan dalam proses revitalisasi industri pertahanan dibutuhkan biaya yang harus ditanggung dan tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Hal senada disampaikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar, bahwa adanya keterbatasan pembiayaan dalam mengembangkan BUMN industri pertahanan, terutama keterbatasan anggaran pertahanan dalam APBN, khususnya pengadaan alutsista dalam negeri dan juga masalah lain yang dihadapi yaitu ketergantungan yang besar kepada Kementerian Pertahanan.

Sejak awal PT. Pindad mendapatkan pesanan 150 unit Panser APS-2 6x6 dan 4 unit jenis intai dari Kementerian Pertahanan tahun 2008 lalu, PT. Pindad berkomitmen akan menyelesaikan pesanan tersebut sesuai dengan kontrak yang telah disepakati terlepas dari permasalahan yang dihadapi terutama masalah anggaran. Direktur Utama PT. Pindad Adik A. Soedarsono mengharapkan pemerintah bisa membantu industri strategis seperti Pindad dengan merealisasikan sebagian pembayaran di awal untuk setiap pembelian alutsista sehingga akan membantu penyelesaian program pengadaan alutsista tepat waktu. Selain penyediaan alutsista untuk kebutuhan dalam negeri, PT. Pindad kini sedang bersiap untuk rencana pembelian 32 Panser Pindad oleh Malaysia yang akan digunakan oleh prajurit Malaysia yang tergabung dalam pasukan perdamaian di Lebanon dan juga peluang pesanan Panser dari Nepal. Mudah – mudahan ini menjadi era kebangkitan industri pertahanan ke depan

Bangkitnya Alat-Alat Perang karya anak bangsa Indonesia 2010

Pemerintah saat ini giat menghidupkan lagi kekuatan industri pertahanan bikinan dalam negeri. Salah satunya PT Pindad di Bandung, Jawa Barat. Mampukah bersaing?
KALAU dipacu di lintasan lurus, kecepatannya bisa sampai 100 kilometer per jam,” kata Ramdani, staf teknisi panser Anoa produksi PT Pindad, kepada Jawa Pos. Pagi itu pemegang surat izin mengemudi (sim) khusus B-II panser Mabes TNI tersebut mengajak Jawa Pos test drive panser angkut personel itu. Ramdani mengemudi dengan santai. Sesekali dia bercanda dan mengobrol rileks. Bahkan, lulusan Politeknik Bandung itu terkadang hanya menggunakan satu tangan saat menyetir panser. “Ini transmisinya otomatis. Istilahnya seperti mobil matic lah,” katanya kepada Jawa Pos yang duduk di sampingnya. “Jangan khawatir, Dani (panggilan akrab Ramdani) sudah jago,” kata juru bicara PT Pindad Timbul Sitompul yang duduk di kabin penumpang di bagian tengah. Panser Anoa seharga Rp 5 miliar per unit yang pagi itu diuji coba adalah salah satu buatan PT Pindad.
Panser itu bermesin Renault (Prancis). Lintasan untuk uji coba melewati kompleks PT Pindad Bandung yang luasnya mencapai 66.000 m2 Transmisi otomatis bergigi enam membuat tarikan Anoa terasa halus.
Panser dengan bobot mati (tanpa penumpang) 11 ton itu juga bisa menikung hingga sudut 45 derajat dengan mulus, nyaris tanpa persiapan atau pengurangan kecepatan. Saat uji coba Panser tersebut melaju dengan kecepatan 50-60 km per jam karena track didesain berliku-liku. “Panser ini juga bisa naik dengan sudut kemiringan 45 derajat,” jelas Timbul.
Karena beroda enam dan mempunyai mesin dengan enam silinder, panser itu diberi label 6 x 6. Nama Anoa dipilih karena hewan asal Pulau Sulawesi itu dikenal sebagai binatang yang tangguh di segala medan. “Ini jenis APC atau armored personnel carrier, jadi untuk angkutan pasukan, bukan panser untuk penyerbuan,” kata Timbul.
Anoa didesain agar tahan serangan. Rodanya padat antipeluru, antiranjau darat, dan tentu saja tak bisa pecah. Selain itu, kendaraan tersebut dilengkapi alat jamming frekuensi. Fungsinya menghalangi gelombang yang sering digunakan untuk mengoperasikan bom dari jarak jauh menggunakan telepon seluler. “Kalaupun lapisan luar terbakar, ada lapisan dalam yang bisa bertahan hingga 80 kilometer. Itu perkiraan jarak aman untuk meloloskan diri dari serangan,” katanya.
Panser itu juga dilengkapi senjata otomatis kaliber 7,62 mm dan 12,7 mm yang bisa dioperasikan secara otomatis, tanpa tentara yang berdiri memegangnya di atas. Hal itu lebih aman karena biasanya operator senjata otomatis yang berdiri sendirian di atas panser adalah target empuk sniper (penembak jitu) lawan. Di Anoa, semuanya dikendalikan dari dalam kabin dengan sistem komputerisasi Euro 3.
Direktur Utama PT Pindad Dr Adik Avianto Sudarsono memang sengaja meminta Jawa Pos mencoba langsung panser kebanggaan Pindad itu. “Jangan cuma pegang atau naik saja, tapi lihat bengkelnya, lihat pembuatan bodi dan perakitannya, dan juga harus test drive agar tahu rasanya,” kata Adik saat wawancara khusus di ruang kerjanya dua jam sebelum uji coba, Minggu lalu (24/1).
Menurut Adik, panser itu benar-benar dibuat dari nol oleh para teknisi Pindad di Bandung. “Kami mengerjakan dari awal, tidak hanya mengencangkan baut dan mur,” kata lulusan ITB (Institut Teknologi Bandung) itu.
Satu-satunya yang diimpor dari Anoa adalah mesin dan sistem komputernya. “Kami menggunakan Renault dari Prancis. Yang lain murni Indonesia. Jadi, ini panser Bandung rasa Prancis-lah,” katanya lantas tertawa.
Adik mengatakan, sistem komputerisasi Euro 3 memang sangat rumit dan canggih. “Awalnya kami dibantu teknisi dari Prancis. Tapi, sekarang sudah tidak. Semuanya dikerjakan ilmuwan kita sendiri,” ujarnya.
Pindad sekarang bekerja keras merampungkan 150 panser Anoa pesanan pemerintah. Adalah Jusuf Kalla (saat itu Wapres) yang memelopori pemesanan itu pada Desember 2008. Saat ini Pindad sudah merampungkan 73 buah. “Memang kita dipaksa berlari cepat,” katanya.
Awalnya, saat ditanya sanggup memenuhi berapa panser, Adik hanya menjawab 30. Tapi, ketika didesak terus, dengan nekat dia menyebut 80. “Tapi, kami justru dapat kepercayaan sampai 150,” jelasnya.
Sumber daya Pindad, kata Adik, sebenarnya sudah sangat siap. Namun, karena lama dan tua (berdiri pada 1808, dua abad yang lalu!), produksinya cukup tersengal-sengal. “Ibaratnya pelari cepat, tapi tak pernah berlatih. Biasanya hanya jalan, ini tiba-tiba dipaksa lari lagi,” katanya.
Soal harga panser, kata bapak tiga anak itu, juga terjadi tawar-menawar ala pasar tradisional di Indonesia. “Waktu itu Pak JK tanya di Prancis harga berapa. Saya jawab Rp 9 miliar. Beliau bilang, ah kurang-kurang dikitlah, kan produksi sendiri. Akhirnya ketemu angka lima miliar itu,” katanya lantas tersenyum.
Meski harganya lebih murah Rp 4 miliar dari harga di Prancis, Pindad tetap tidak dirugikan. “Kami sangat bersyukur pemerintah punya komitmen untuk mengutamakan produksi dalam negeri,” tuturnya.
Pasar utama Pindad adalah pemerintah. “Kalau tidak dibeli pemerintah, kami mati,” katanya. Pindad memang bisa dan diperbolehkan mengekspor produk senjata ke luar negeri. Tapi, persentasenya tidak besar, hanya sekitar 20 persen. “Visi kami memang menjadi industri pertahanan terkemuka. Tapi, misi kami adalah memenuhi segala kebutuhan TNI dan Polri di dalam negeri,” kata Adik.
Dari anggaran belanja alat persenjataan Dephan-TNI 2010 yang jumlahnya mencapai Rp 6 triliun, Pindad mendapat porsi seperenamnya. “Yang sudah kami terima Rp 400 miliar, tapi dari Daftar Isian Proyek Anggaran yang sudah disetujui Departemen Keuangan, kami dapat sekitar Rp 1 triliun lebih,” katanya.
Namun, yang lebih mendasar, kata Adik, adalah kemampuan Pindad mentransformasi pengetahuan dari luar negeri. “Dua puluh tiga tahun lalu kita baru membantu merakit, sekarang sudah bisa produksi sendiri,” katanya bangga.
Pada 1987, dengan perjanjian lisensi dengan perusahaan Inggris, Pindad untuk kali pertama merakit 10 unit tank Scorpion. Hal itu menambah pengetahuan para teknisi di bidang kendaraan tempur .
Saat itu perbaikan dan pemeliharaan tank Scorpion juga dilakukan di Pindad. Kemampuan ini pulalah yang menyebabkan mereka mampu mereparasi tank buatan Rusia. Kemampuan ini digunakan untuk mendesain dan membuat water cannon dan tactical combat vehicle secara bertahap hingga produk Anoa, sebagai hasil termutakhir. “Selain Anoa, kami membantu mengerjakan panser serbu kerja sama dengan Daewoo Korea. Mereka mengerjakan 11 di sana, kami merakit 11 di sini. Kontrak dengan Korea Selatan itu seharga Rp 22 miliar per panser,” katanya.

No Response to "Panser anoa 6 x 6 made in INDONESIA"

Posting Komentar

Our Partners
BestTheme.Net
BestTheme.Net
BestTheme.Net
BestTheme.Net